Bertempat di aula GKJW Jombang, puluhan aktifis lintas iman Kota Santri menggelar doa bersama menandai 7 hari KH. Hasyim Muzadi, Kamis, 22/3.
Kordinator acara, Aan Anshori, menegaskan warisan alm. KH. Hasyim Muzadi terhadap kehidupan pluralisme di Indonesia. Alm. merupakan jembatan antarumat beragama untuk menjaga keragaman sebagaimana mandat konstitusi dan ajaran Islam.
Menurut Sholeh, wakil dari GKJW, KH. Hasyim Muzadi mempunyai ikatan emosional yang kuat dengan gerejanya. Beberapa kali Kiai Hasyim hadir dalam acara lintas iman yang diselenggarakan GKJW. "Terakhir kali ya dua bulan lalu di Sidoarjo. Pak Hasyim datang memakai kursi roda dengan tangan yang masih ada bekas infus. Kami berhutang jasa pada beliau," tegas guru injil ini dalam refleksinya.
Hal senada juga disampaikan Pdt. Kristian Muskanan, gembala Gereja Bethel Diaspora. Ia melihat Gus Dur dan Pak Hasyim sebagai sosok yang konsisten menyuarakan pentingnya hidup harmonis dalam keragaman. "Kami khusus mengadakan ini bagi beliau," ujarnya.
Tidak hanya untuk KH. Hasyim Muzadi, peserta yang hadir juga mendoakan Ibu Patmi, petani Kendeng yang meninggal dunia saat berjuang menolak pabrik semen. Patmi dan puluhan lain tengah melakukan aksi mengecor kakinya di depan istana.
Jaringan lintas iman Jombang, menurut Aan Anshori, mengajak seluruh warga Indonesia untuk tidak melupakan Ibu Patmi. "Patmi adalah simbol konsitensi keberanian rakyat melawan korporasi perusak lingkungan," tegas aktifis Jaringan GUSDURian ini.
Beberapa peserta lain yang hadir antara lain Pdt. Eddy Kusmayadi, Pdt. Eko dan perwakilan dari PMII, GKI, Gusdurian, GKJW, GBI Diaspora, dan mahasiswa S2 Univ. Hasyim Asyari Tebuireng.(aan)
No comments:
Post a Comment