Barusan aku tahu KH. Nur Akhlis, wakil ketua PCNU Kab. Kediri telah meninggal dunia. Berita ini benar-benar mengagetkanku. Sebab dalam memoriku, pria ini akan immortal persis seperti gambaran 25 tahun lalu. Ceria, ganteng, smart, supel dan punya dedikasi.
Aku mengenalnya sebagai "mister," Akhlis, tutorku bahasa Inggris dalam 2 dari 3 fase di BEC Pare Kediri. Aku masuk kursusan legendaris itu kira-kira September 1994, setelah bosan menjadi penjaga portal galian C di dekat makam Sunan Drajat Lamongan. Saat itu aku baru lulus SMA. Bingung mau ke mana; takut kuliah karena nggak punya biaya, ingin kerja namun masih sangat hijau.
Akhirnya ada kawanku SMA, alm. Zainul Muttaqin putra KH. Nurcholish Klinterejo, mengajak untuk kursus di BEC Pare. Aku menyelesaikannya tepat waktu dengan hasil yang lumayan. Menyandang the best four dari 200 peserta kursus angkatanku.
Aku sadar ada kontribusi besar dari Mr. Akhlis dalam capaian itu. Selama diajar olehnya aku merasa akrab dengannya meski aku tak yakin ia masih mengenalku. Anak didiknya sangat banyak di BEC. Belum lagi di EECC, kursusan miliknya sendiri.
Aku dekat dengannya karena ia nyambung jika diajak ngobrol apa saja; dari politik hingga urusan agama yang progresif. Sejak awal aku sudah menduga ia bukanlah tutor bahasa Inggris biasa. Somehow, aku merasa ia seorang yang begitu dekat dengan organisasi. Dugaanku belakangan terbukti. Ia tidak jauh-jauh dari NU, pesantren dan PMII --tiga kuadran yang aku juga terjerumus di dalamnya, akhirnya.
Sugeng kundur, mas gus .....
Ps. And yes, I am used to being so extremely cute since the age of innocence.
No comments:
Post a Comment