Nama (Lady) Aisyah (LA) kini tengah viral. Kisah romansanya bersama sang suami, Nabi Muhammad (NM), dipahat dalam alunan lagu. Umat Islam Indonesia pasti gembira memiliki satu lagi tambahan kidung "Mazmur," modern yang mengambil setting romantika NM.
LA adalah istri ketiga dalam sejarah rumah tangga NM. Itu artinya, ia merupakan istri kedua NM dalam sejarah poligininya. Jumlah pasti berapa banyak perempuan yang bisa dikaitkan dengan romantika NM masih tetap menjadi perdebatan. Para sejarahwan Islam dan Barat belum satu suara. Masih ada dispute hingga hari ini.
LIMA KLASIFIKASI
Para perempuan dalam sejarah romantika NM terbagi menjadi 5 kuadran -- sebagaimana dinyatakan QS. 33.50/49. Pertama, adalah mereka (para perempuan) yang telah diberi mas kawin oleh NM. Kedua, para budak yang menjadi miliknya dan perolehan dari peperangan. Ketiga, para sepupu NM --baik dari jalur ayah maupun ibu -- yang ikut hijrah (ke Madinah). Keempat, para perempuan mukmin (al-Quran menggunakan kata mukmin ketimbang muslim) yang menyerahkan diri mereka kepada NM untuk dinikahi. Klasifikasi ini, menurut ayat tersebut, merupakan privilige yang hanya dimiliki NM saja, bukan berlaku umum.
Mari kita kembali ke LA.
Putri Abu Bakar ini merupakan istri kedua dalam lintasan poligami NM. Awalnya, NM hidup bermonogami dengan Lady Khadijah (LK) selama kurang lebih 25 tahun. Keduanya menikah sekitar Juli 595 M, hingga LK meninggal dunia April 620 M.
Tak butuh waktu lama, kira-kira sebulan kemudian, Mei 620 M, NM menikahi seorang janda. Namanya Lady Sawdah bint Zam'a (LS). Usianya sekitar 30 tahun. Ia digambarkan sebagai perempuan yang "fat and very slow," -- setidak menurut historian Muslim seperti Ibn Ishaq, Ibn Hisyam, Tabari maupun Ibn Saad.
Pada bulan yang sama, masuklah LA dalam kehidupan rumah tangga LS dan NM. LA adalah satu-satunya istri NM yang statusnya perawan. Saat itu ia berusia 9 tahun. Tiga tahun kemudian, sekitar April/Mei 623, LS secara resmi hidup bersama NM. LA bukanlah sosok perempuan yang sepenuhnya mellow, cute, menggemaskan seperti dalam lagu yang viral. Itu adalah satu dari sekian banyak sisi dari hidupnya.
LA adalah perempuan yang tidak hanya pandai, namun juga dikenal sangat berani menyampaikan apa yang harus disampaikan, termasuk saat ia merasa kesal kepada suaminya dalam persoalan permaduan. Ia pernah dituduh berselingkuh dan menjadi amat marah kepada Ali bin Abi Thalib menantunya. Diduga kuat kemarahannya dipicu karena Ali ngompori NM supaya menceraikan LA gara-gara skandal tersebut.
LA dikabarkan merasa sangat terluka dan menyimpannya hingga, sebagaimana dugaan banyak sejarahwan, membawa kemarahan tersebut dalam arena peperangan. Perang Jamal (Battle of camel) memperhadapkan LA versus Ali bersama ribuan pasukan di belakang mereka berdua. LA adalah satu-satunya istri NM yang memimpin perang; melawan menantunya sendiri!
Perempuan keempat adalah Lady Hafsa (LH), putri Umar bin Khattab, janda berusia 18 tahun. Dinikahi tahun 625 sekitar Januari atau Februari. Suami LH meninggal saat perang Badar. LH berada dalam satu barisan bersama LA saat para istri NM terbelah menjadi dua kelompok. Saling berseteru. Kelompok satunya dipimpin Lady Ummu Salamah dan Lady Zaynab bint Jahsy.
Setahun kemudian, NM menikahi Lady Hind bint Mughiroh atau dikenal dengan nama lain, Umm Salamah. Ia berusia 29 tahun, janda dari mendiang Abu Salamah yang mati setelah sebelumnya terluka dalam perang Uhud.
Perempuan keenam dan ketujuh adalah Lady Zaynab bint Khuzaimah, janda berusia 30 tahun, dinikahi pada tahun 626 dan meninggal dunia beberapa bulan kemudian; serta Lady Juwayriyyah, putri kepala suku Bani Mustaliq yang kalah perang dari NM tahun 627. Usinya 20 tahun. Awalnya ia berstatus concubine (selir?) sebelum akhirnya dinikahi resmi NM dan dimerdekakan.
Siapakah perempuan kedelapan hingga kesepuluh? Ada Lady Zaynab bint Jahs (LZJ), janda 38 tahun, putri dari bibi NM dari jalur ibu, dinikahi tahun 627. Dalam rumah tangga Nabi, ia adalah rival utama Lady Aisyah. Keduanya pernah terlibat adu mulut hebat di rumah LA sebelum akhirnya dipisah oleh Abu Bakar, ayah LA.
Selanjutnya pada tahun 628, ada Lady Mariyah Qibtiyyah (LMQ), budak-concubine, "hadiah," dari penguasa Mesir agar relasinya dengan NM membaik. Dari Maria, lahirlah Ibrahim, satu-satunya anak laki-laki NM yang, tragisnya, meninggal saat bayi. Dan yang kesepuluh adalah Lady Ramlah bint Abi Sufyan (LRAS), janda 35 tahun, dinikahi pada 628 setelah NM kembali dari perang Khaybar.
Sudah selesai? Belum. Masih ada tiga lagi perempuan yang ada dalam sejarah normatif kerumahtanggaan NM. Ketiganya adalah Lady Safiyyah (LSH), 17 tahun, putri dari Huyayy kepala suku Yahudi Banu Nadlir yang kalah perang dari NM. Sangat mungkin ia berstatus concubine awalnya, kemudian masuk Islam, dan akhirnya dimerdekakan. Kejadiannya sekitar tahun 628 M.
Setahun kemudian, kehidupan rumah tangga NM makin semarak dengan kehadiran Lady Maymunah bint al-Harith, janda, dinikahi NM saat berusia 27 tahun. Yang terakhir adalah Lady Rayhanna bint Zayd (LR) , janda Yahudi bani Nadlir yang ditangkap setelah suaminya mati terbunuh ketika Bani Qurayza diserang NM dan pasukannya. Kejadiannya tahun 627 M. LR meninggal pada 632 M. mendahului NM.
Itulah para perempuan yang ada dalam romantika kehidupan rumah tangga NM, sebagaimana dicatat Montgomery Watt, professor studi-studi Arab dan Islam, dalam "Excursus L," buku "Muhammad at Medina,"
Watt mendasarkan catatannya pada banyak sumber klasik Islam, diantaranya Ibn Saad, Tabari, Ibn Hisyam, maupun sumber Barat seperti Leon Caetani, G.H. Stern dan Wellhausen. Itu sebabnya ia juga menemukan nama-nama perempuan selain yang telah disebutkan di atas. Jumlahnya sekitar 23an.
Saya membayang jika saja seluruh perempuan yang pernah hidup bersama NM dibuatkan kidung mazmurnya --berdasarkan pengalaman personalnya masing-masing, umat Islam pasti akan menjadi lebih mengerti seluk beluk rumah tangga NM. Mungkin tidak hanya ada bahagia saja tetapi juga sembilu dan airmata di dalamnya.
Lalu, siapa saja 23 perempuan tersebut? Lebih-lebih, kenapa LA terasa mendapat spotlight melebihi LK atau istri-istri lainnya? (*)
(Bersambung)
-----Bacaan pendukung----
1. Watt, William Montgomery. Muhammad at medina. At the Clarendon Press, 1956.
2. ʻAbd al-Malik Ibn Hishām, Alfred Guillaume, and Muḥammad Ibn Isḥāq. The Life of Muhammad: A Translation of Ishāq's Sīrat Rasūl Allah, with Introd. and Notes by A. Guillaume. Oxford University Press, 1967.
3. Sa'd, Ibn. "Kitab al-Tabaqat al-kabir, ed." E. Sachau et al., Leiden 40.9 (1905).
4. Al-tabari, Muhammad B. Jarir. "Ta'rikh al-Rusul wal-Muluk, in de Goeje et al." (1879).
5. Stern, Gertrude Henrietta. Marriage in early Islam. Vol. 18. Royal Asiatic Society, 1939.
6. Al-Bukhari, Sahih. "translated by Dr." Muhammed Muhsin Khan, Arabic-English (Saudi: Darussalam, 1997) (1996).
7. Jordac, George. The Voice of Human Justice (Sautu'l'Adalati'l Insaniyah). Lulu Press, Inc, 2014.
8. Wessels, Antonie. A Modern Arabic Biography of Muḥammad: A Critical Study of Muḥammad Ḥusayn Haykal's Ḥayāt Muḥammad. Brill Archive, 1972.
9. Kurzman, Charles, ed. Liberal Islam: a source book. Oxford University Press, USA, 1998.
10. Houtsma, M. Th, ed. EJ Brill's first encyclopaedia of Islam, 1913-1936. Vol. 4. Brill, 1993.