Pages

Wednesday, April 1, 2020

COVID19 MUSUH KITA, BEGINI AKIBATNYA?


Banyak orang kaget kenapa ada warga yang sampai setega itu pada mayat terinfeksi covid19. Saya sendiri kaget dengan kekagetan mereka. Kaget karena kenapa mereka kaget dengan buah yang telah mereka tanam sendiri. Bukankah pagi, siang, sore dan malam hari mereka tidak henti-hentinya kampanye betapa jahatnya covid19? Jahat melampaui segala ragam penyakit yang tersedia. Bukankan mereka, kita semua, meletakkan covid dalam area peperangam dalam imajinasi kita? Ia adalah musuh, amarah Tuhan, dan entitas di mana semua kemarahan dan kebodoham kita kumpulkan di dalamnya. Kita bahkan rela menggelorakan perang padanya. 

Kita ogah salaman maupun berdekatan dengan orang lain karena dalam alam bawah sadar kita, setiap orang adalah inang dari covid19, musuk kita yang tidak tampak. 

Kita yang terbiasa visual menjadi amat frustasi karena covid19 bergerak tanpa bayangan, tidak bisa terdeteksi dengan mudah. Akan lebih mudah bagi kita seandainya ia berwujud nyata. Jelas bentuknya, alamatnya, sehingga memudahkan kita menghancurkanya. 

Namun nyatanya tidak. 

Kita sedemikian frustasi karena telah seminggu lebih dikurung dan dibombardir dengan aneka informasi kejahatan covid19, dan bagaimana beringasnya virius ini di negara-negara lain. Kita, secara tak sadar, seperti calon pengantin bom yang didoktrin dan brainwashing dengan berbagai informasi kejahatan musuh. 

Dan saat waktunya tiba, di tengah kefrustasian tersebut, kita butuh obyek visualisasi covid19 yang tak tampak ini. Ada gerakan yang sangat kreatif terkait bagaimana visualisasi dilakukan, yang pertama dengan menggunakan "teori kelas," --membenturkan kelompok kaya (borjuis) versus proletar (miskin). Covid19 ditempelkan pada kelompok kaya dan kelompok miskin harus menanggung akibatnya juga. Jika visualisasi ini tidak dilakukan dengan hati-hati, kita tahu sejauhmana hal ini akan berdampak.

Yang kedua, seperti yang tampak dari penolakan pemakaman jenazah penderita covid19. Kita sangat terobsesi melihat covid19 secara nyata dan, tanpa ampun, memosisikan jenazah sebagai representasi sahih musuh yang sejak dulu kita idamkan untuk dihancurkan dan dibenci hingga pori-pori. 

Kekagetan kita atas penolakan warga atas mayat terinfeksi covid19 senyatanya absurd. Kita meletakkan virus ini sebagai musuh yang pantas dobenci. Dan pada saat ada orang dengan taat melakukan itu, kita kaget. 

Sejujurnya, sangat nampak ada kesalahan serius bagaimana kita mengkerangkai covid19 dalam kesadaran kita. Jangan nyatakan perang pada virus ini. Sebaliknya, katakan, "Shall we dance, covid19?"

No comments:

Post a Comment

Featured Post

JIWA YANG TERGODA HIKAYAT KADIROEN

Aku geregetan dengan Semaoen, ketua PKI pertama yang lahir di Curahmalang Sumobito Jombang tahun 1899 ini. Bukan karena ideologi dan ketokoh...