Pages

Sunday, July 5, 2020

MERABA PERABA

Mau ngompori orang Katolik aaah....

Ini adalah kartun di Peraba III Juli 1968, majalah yang berafiliasi ke Katolik. Kartun tersebut berisi kritikan kepada politisi Islam yang selalu ngotot memasukkan Piagam Jakarta dalam aturan formal Indonesia. 

Kartun tersebut, secara khusus, adalah perayaan "kemenangan," kelompok nasionalis ketika berhasil mengKO kelompok Islam dalam pertarungan Piagam Jakarta di pembahasan GBHN MPRS 1968. 

Aku melihat betapa ekspresifnya Peraba menarasikan gagasannya. Ekspresi ini di mata kelompok Islam dianggap cuka yang dilelehkan di atas luka, sebelum cuka lain disiramkan di tahun berikutnya. 

Cuka ini membuat banyak politisi Islam semakin jengkel terhadap Katolik sekaligus memupuk keyakinan akan kekalahan Islam melawan non-Islam. 

Kelompok Islam pantas meradang atas kekalahan yang tidak terduga ini, setidaknya karena dua hal. Pertama, kelompok Islam sangat yakin mampu memenangkan Piagam Jakarta setelah membabat habis --hingga ke akar-akarnya-- pendukung utama Pancasila non-Piagam Jakarta, yakni PKI. 

Kedua, pada Januari 1966, saat parade harlah NU ke-40, terdapat aneka banner yang diusung. Isinya, seruan agar Piagam Jakarta segera dikompilasi sebagai produk hukum. Menariknya, parade tersebut juga diikuti romo, suster dan para pelajar Katolik. Mereka ikut larut dalam perayaan tersebut. Bahkan dalam parade yang sama di Jawa Barat, kelompok Protestan ikut menyumbang kesenian angklung. Keren tho?

NU-Katolik-Protestan berjalan bersama saat perayaan meski diketahui banyak politisi NU saat itu masuk dalam barisan  pendukung Piagam Jakarta. 

Maka, bisa dibayangkan, betapa nelongsonya saat politisi Islam menghadapi kenyataan --tidak hanya kalah di GBHN, namun juga disentil dengan keras oleh Peraba.


Peraba hanya masa lalu. Ia tidak lagi terdengar sekarang. Padahal suara nyaringnya tengah dibutuhkan saat ini --saat banyak politisi Islam beramai-ramai ingin membangunkan Piagam Jakarta. 

Peraba oh Peraba....


*nyamuknya banyak banget di sini.
** sumber: "Feeling Threatened: Muslim ‐Christian Relations in Indonesia's New Order" ( Mujiburrahman, 2009)

No comments:

Post a Comment