Pages

Friday, July 31, 2020

Soal Berkurban, Kita Perlu Belajar dari Mereka


Kawan-kawan, terima kasih atas ucapan Idul Adhanya. Hari raya kurban.

Kurban dan korban adalah identik.

Di Indonesia, dalam berkorban, aku merasa non-Muslim masihlah tetap sebagai teladan terbaik. 

Berpuluh-puluh tahun mereka tidak hanya dihajar babak-belur namun juga dianaktirikan sedemikian hebatnya. Saat ini bisa dikatakan merupakan masa-masa sulit bagi mereka. Vivere pericoloso. The year of living dangerously

Betapa tidak. Riset terakhir, sebagaimana disampaikan Mirtzner-Muhtadi (2020), menyatakan 52% Muslim, 54% pengikut NU (NU) dan 39% pengikut Muhammadiyah (MU)keberatan dengan rumah ibadah non-Muslim. Sebanyak 52% muslim, 52% NU dan 41% MU keberatan non-Muslim menjadi bupati/walikota. Angka ini relatif konstan untuk keberatan terhadap gubernur non-Muslim 

Sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah rumah ibadah/bangunan sakral milik non-Muslim yang dibuat lumpuh tidak bisa digunakan. Bahkan kadang aku berfikir, seandainya ada gereja dijual karena kesulitan finansial, niscaya akan sangat banyak muslim berlomba-lomba infaq dan sadaqah untuk membelinya. Setelah dibeli, mereka akan ubah menjadi masjid. Mereka akan melalukan itu dengan gembira, tanpa perasaan bersalah sekalipun. Aku berani bertaruh.

Yang mencengangkan, alih-alih membenci dan menyerang balik, non-Muslim senyatanya tetap kokoh berdiri dalam cinta dan keyakinan mereka; berupaya mati-matian mencintai Muslim dan meyakini Indonesia sebagai rumahnya. Edan kan? Sudah diperlakukan sangat buruk namun tetap saja mencintai. They are the number one bucin!  

Maka, bagaimana idealitas Muslim Indonesia memaknai Idul Adha yang usianya sudah lebih dari 1.300 tahun ini? 

Tidak ada pilihan lain, kecuali semua Muslim perlu kembali mengingat perintah agung Allah yang senantiasa dibaca imam shalat Jumat di ratusan ribu masjid setiap minggunya, termasuk hari ini. 

"Sesungguhnya Allah menyuruhmu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarangmu berbuat keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu mengambil pelajaran." (QS. 16:90)  

Sederhananya, perintah ini meminta kita agar bertindak adil dan berbuat baik, tidak melakukan hal jelek pada sesama manusia. Ingat; s-e-s-a-m-a -- m-a-n-u-s-i-a. BUKAN HANYA sesama Muslim. 

Bagaimana kita tahu kita melakukan hal itu? Sangat simple, perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Jika kita merasa terganggu dengan bunyi lonceng rumah ibadah agama lain, maka jangan melakukan hal yang sama di masjid/mushalla. Jika kita merasa tersiksa melihat rumah ibadah kita ditolak agama lain maka jangan melakukan hal yang sama.

Sesimpel itu; simpel namun butuh pengorbanan, sebagaimana yang telah mereka teladankan.

Selamat berkorban.
 

No comments:

Post a Comment

Featured Post

JIWA YANG TERGODA HIKAYAT KADIROEN

Aku geregetan dengan Semaoen, ketua PKI pertama yang lahir di Curahmalang Sumobito Jombang tahun 1899 ini. Bukan karena ideologi dan ketokoh...