Pages

Tuesday, March 2, 2021

PENGHORMATAN ATAS PARA KORBAN

MUNGKIN
baru buku ini yang secara khusus berani menyenggol sisi gelap pesantren, kaitannya dengan kekerasan seksual. Minimnya kajian tentang isu ini di pesantren bukannya tanpa alasan. Salah satunya, sangat mungkin karena pesantren senantiasa dipersepsikan dekat dengan Nahdlatul Ulama, organisasi afiliasiku.

Organisasi ini tidak hanya sangat besar  namun, yang lebih penting, ia kini tengah menangguk spotlight panggung politik nasional serta dianggap sebagai  dewa penyelamat bagi toleransi Indonesia. 

Terasa ada kerikuhan, kesungkanan, jika kekerasan seksual dalam pesantren terlalu diekspose ke luar. Aib harus ditutupi, bukannya malah diumbar. Ketimpangan relasi perempuan atas lelaki bukannya tidak disadari oleh kalangan internal pesantren. Mereka sangat sadar. 

Itu sebabnya kita perlu bergembira ria dengan munculnya gerakan, KUPI, misalnya. Singkatan dari Kongres Ulama Perempuan Indonesia. 

Hanya saja, suara-suara tajam mengecam berbagai kasus kekerasan seksual di pesantren, dari kalangan pesantren sendiri, masih jauh dari lantang.

Setahuku ForMujeres, inisiator buku ini, lahir dari keprihatinan beberapa santriwati (dan juga santri?) atas ulah nista anak pemangku pesantren Shiddiqiyyah Ploso Jombang. Mereka secara gigih terus mendorong kasus kekerasan seksual ini tidak "masuk angin," 

Betapa tidak, kasus yang  ditangani sejak 2019 hingga kini belum masuk persidangan. Pelakunya? Mungkin cekikikan membaca tulisan ini. Padahal statusnya sudah sebagai tersangka. Entah sampai kapan keadilan bagi para Korban terpenuhi.

Ijtihad ForMujeres melalui buku ini bisa dikatakan merupakan terobosan luar biasa, karena diinisiasi orang-orang dengan latar belakang pesantren. Bunga rampai ini, menurut salah satu penggagasnya, setidaknya memuat tulisan sebagai berikut.

1. Remuk Redam Melawan Kekerasan Seksual di Pesantren/Tsamrotul Ayu Masruroh

2. Kekerasan Seksual di Pesantren: Upaya Membayar Janji yang sulit Ditepati/Aan Anshori

3. Menakar Pesantren Dalam Jangkar Keadilan Gender/Nurul Bahrul Ulum.

4. Membangun Dunia Pendidikan Aman dari Kekerasan Seksual/Siti Aminah Tardi.

5. Consent dan Perwujudan Nilai Islam/Rika Rosvianti

6. Membunuh Mitos Kekerasan Seksual yang Usang/Kalis Mardiasih.

7. Respon Islam Atas RUU Penghapusan Kekerasan Seksual/KH. Husein Muhammad

8. Fikih Anti Kekerasan Seksual Untuk Dunia Tanpa Kekerasan/Ayu Rikza.

9. Gerakan Perempuan Islam Dalam Jihad Gender dan Kritik atas Kapitalisme/Rizki Amalia Affiat.

Formujeres perlu dirawat dan dipastikan bisa menjadi besar. Sebab, pesantren membutuhkannya untuk membersihkan citranya yang tercoreng segelintir oknum yang memiliki pesantren.

Aku menyumbang satu tulisan. Berisi analisa dengan suguhan data kasus yang berhasil aku daapatkan. Aku sendiri membutuhkan keberanian untuk menuliskannya, demi penghormatanku atas Formujeres, Pesantren dan utamanya para Korban.(*)

No comments:

Post a Comment

Featured Post

JIWA YANG TERGODA HIKAYAT KADIROEN

Aku geregetan dengan Semaoen, ketua PKI pertama yang lahir di Curahmalang Sumobito Jombang tahun 1899 ini. Bukan karena ideologi dan ketokoh...