Jika kita membenci kelompok tertentu, ada baiknya kita mengingat jasa dan kebaikan yang pernah mereka lakukan, apalagi jika dua hal tersebut hingga kini kita nikmati.
**
Tadi malam, aku menonton lagi, untuk kedua kalinya, The Imitation Game. Film biografi apik ini menceritakan sosok Alan Turing dan jasanya bagi peradaban ini. Ia bisa dikatakan sebagai peletak dasar alat yang hampir digunakan setiap orang tiap hari; komputer.
Turing terkenal jago dibidang matematika, profesor di Cambridge, direkrut Kerajaan Inggris untuk masuk tim rahasia memecahkan pesan-pesan sandi milik Jerman. Saat itu, Jerman tengah berperang dengan banyak negara.
Alih-alih memecahkan sandi secara manual, Turing berupaya menciptakan alat segede dua almari besar, yang mampu memecahkan kode tersebut. Berkat alat yang diberi nama Christopher ini Inggris dan sekutunya menang perang.
Dalam tim tersebut, ada perempuan, satu-satunya, Joan Clark. Mereka berdua sangat akrab, tak bisa hidup jika tidak bersama. Keduanya memutuskan menikah.
Ditengah perjalanan, Turing membuat pengakuan mengejutkan. Kepada istrinya, dengan perasaan bersalah ia mengaku dirinya seorang homoseksual. Joan tidak keberatan. Baginya perkawinan tidaklah melulu seputar urusan ranjang.
Meski demikian, pada akhirnya keduanya berpisah saat tim sandi dibubarkan. Joan berelasi dengan pria lain.
Sedangkan Turing, ia hidup dalam kesendiriannya. Seluruh energinya dicurahkan untuk mengembangkan Christopher hingga terjadi peristiwa yang mengubah hidupnya.
Suatu ketika ia ditangkap polisi dengan tuduhan melakukan tindakan asusila karena bermesraan dengan pria. Inggris pada saat itu, tahun 1960an, sangat keras terhadap kelompok homoseksual.
Turin dibawa ke pengadilan dan diputuskan bersalah. Hakim menawarinya dua pilihan; meringkuk dalam penjara atau melakukan terapi konversi hormonal agar menjadi heteroseksual.
"Aku memilih terapi agar bisa terus mengembangkan Christopher," ujarnya kepada Joan yang berkunjung ke rumahnya.
Joan kaget karena Turing terlihat tidak sehat, ada perubahan tidak wajar muncul dalam tubuhnya, akibat dari terapi tersebut.
Beberapa waktu kemudian, Turing melakukan bunuh diri menggunakan sianida, terdapat apel tergigit separuh tergeletak di ranjang. Kontroversi hingga kini masih menyelimuti kematiannya. Namun bisa jadi ia memilih mengakhiri hidup karena tekanan batin terkait konflik batinnya.
Kita memang perlu mengalami konflik batin, gegar otak, seandainya tidak mampu menyadari kontribusi Turing yang homoseksual atas komputer yang kita gunakan setiap saat.
Selamat pagi.(*)
https://www.facebook.com/1561443699/posts/pfbid0GiwxvsNa6UxwUiwkqU9xc5oCqdFYZPk6h65cSp6qnZwn1kaGWmWWQAtDZRE4kpiWl/?app=fbl