Aku geregetan dengan Semaoen, ketua PKI pertama yang lahir di Curahmalang Sumobito Jombang tahun 1899 ini. Bukan karena ideologi dan ketokohannya, melainkan betapa ia sedemikian pandai memilin jalinan cerita asmara dalam magnum opusnya "Hikajat Kadiroen" (HK)
Monday, November 25, 2024
JIWA YANG TERGODA HIKAYAT KADIROEN
Aku geregetan dengan Semaoen, ketua PKI pertama yang lahir di Curahmalang Sumobito Jombang tahun 1899 ini. Bukan karena ideologi dan ketokohannya, melainkan betapa ia sedemikian pandai memilin jalinan cerita asmara dalam magnum opusnya "Hikajat Kadiroen" (HK)
Friday, September 20, 2024
SILENTIUM INCARNATUM; Seputar Esa dan Kelahiran Gus Dur
Kata "esa" bisa dimaknai macam-macam. Namun kita harus sadar, pilihan pemaknaannya akan menimbulkan konsekuensi terhadap cara pandang dan perilaku keagamaan kita.
Saturday, August 24, 2024
Cerita Seru Dari Mundusewu
Dalam seminggu terakhir ini Jombang dihebohkan beberapa peristiwa, mulai dari berita pengkondisian proyek di Diknas, penyegelan Ruko Simpang Tiga yang berimbas pada penutupan Gereja Allah Baik, hingga skandal video intim yang menyeret nama kepala Diknas dan sekretarisnya.
Di dusun tersebut, mereka akan tinggal selama 2 hari 3 malam, hidup membaur dengan lingkungan yang benar-benar berbeda dari kehidupan mereka sehari-sehari.
Mas Anis adalah warga GKJW Mindi, salah satu dari tiga gereja yang ada di Mundusewu. Mayoritas penduduk Mundusewu beragama Islam. Kepadaku ia mencerritakan sedikit kisahnya memenangkan pertarungan pilkades.
Aku bertemu Rinto saat anak ini masih semester awal di Teologi UKSW. Aku kenalkan ia dkk. dengan Gusdurian ketika aku mengunjungi Salatiga lima tahun lalu. Memori indah pertemuanku dengannya pernah aku tulis di sini.
Ketika Sinci Gus Dur Gagal Masuk Makam Gus Dur
Saturday, August 3, 2024
HATI-HATI DENGAN SMP WIDYA WIYATA
Seperti yang pernah aku tulis sebelumnya di Facebook, mengisi acara seminar di sekolah menengah pertama (SMP) merupakan pengalaman pertamaku.
Aku tiba di SMP Widya Wiyata Sidoarjo sekitar pukul 08.49 menit. Aku motoran dari rumah sekira jam 7 pagi. Beberapa kali tersesat --meski sudah dipandu Google Map-- menjadi faktor kenapa cukup lama aku tiba.
Monday, July 22, 2024
Perkawinan Beda Agama; Antara Tawaran Daniel Yusmic dan Teladan Nadiem Makarim
Sedangkan Nadiem Makarim, menteri pendidikan kita, memilih mengikatkan diri dan istrinya melalui perkawinan beda agama (PBA).
Mana yang lebih bahagia diantara Hakim Yusmic dan Nadiem? Menurutku keduanya bahagia. Indikator paling sederhana mengukur kebahagiaan rumah tangga seseorang, menurutku, adalah perceraian.
Bersama dalam ikatan perkawinan belum tentu menunjukkan bahagia. Namun perceraian jelas mengekspresikan ketidakbahagiaan --ketidakbahagiaan sepakat untuk diakhiri.
Sunday, July 21, 2024
Kristen Ortodoks dan Pisang Rebus agak Gosong
"Mo, selamat datang. Mohon maaf, mau duduk di dalam atau luar? Di luar aja ya, agar aku bisa ngudud," ujarku menyambut Romo Stavros, Sabtu (20/7), sore hari.
Friday, July 19, 2024
Surat Untuk Muslimah Yang Tak Berjilbab
Saya mendapat banyak curhatan dari Muslimah yang mendapat cibiran, sindiran, risak, ancaman, bahkan dikucilkan karena memilih untuk tidak menutup kepala (jilbab atau sejenisnya). Banyak dari mereka yang tidak kuat, gentar dan surut, sehingga memilih “menyerah” pada kondisi seperti itu. Saya benar-benar prihatin dan simpati saya sepenuhnya untuk mereka.
Wednesday, July 17, 2024
APA SALAHNYA MEREKA KE ISRAEL?
Lima orang kader NU babak-belur, dihujat netizen berjamaah. Gara-garanya, mereka foto bareng Presiden Israel dan beberapa elit politik Israel, sembari tersenyum pula.
Tuesday, July 9, 2024
Wayang Potehi Jombang ke Eropa ; Menampilkan Geger Pecinan Hingga Nyanyi Ya Lal Waton
Sunday, June 30, 2024
Rilis Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD) Jawa Timur terkait Upaya Percobaan Penghentian Ibadah Rumah Doa GPdI Mergosari Tarik Sidoarjo
Rilis Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD) Jawa Timur terkait Upaya Percobaan Penghentian Ibadah Rumah Doa GPdI Mergosari Tarik Sidoarjo
BERTAHAN DARI TOA DI GPIB HOSEA; AGITATIF DAN EMPATI-PEJORATIF
Selama lebih dari satu jam, sarasehan Pancasila dan Bhinneka tunggal ika di GPIB Hosea menghadapi dentuman toa dari masjid sebelahnya, Jumat (28/7). Suaranya begitu nyaring melindas ruangan, apalagi jika pintunya terbuka.
Tuesday, June 18, 2024
IDUL ADHA: PERAYAAN TERTAWANYA SARAH
Secara etimologi, aku baru tahu ternyata Idul Adha --hari raya yang identik dengan kurban dan penyembelihan-- erat kaitannya dengan tertawanya Sarah, istri Nabi Ibrahim -- ibunya Ishak.
Sunday, June 16, 2024
DUA IBU: SARAH DAN HAGAR
Khusus menyongsong Idul Adha 2024, entah kenapa, aku tergerak menonton kembali His Only Son, film kontroversial yang dilarang tayang di Indonesia. Aku perhatikan kembali apa yang terjadi antara Sarah, Ibrahim dan Hagar.
Wednesday, June 12, 2024
SOEMARNI SOERIAATMADJA: MUSLIMAH-MARTIR AWAL PERKAWINAN BEDA AGAMA
Wednesday, June 5, 2024
KETIKA AIR SUSU TERUS DIBALAS AIR TUBA
Hanya saja, Nabi Muhammad kabarnya pernah memiliki pandangan lain atas hal tersebut. Kita orang Islam diminta terus berbuat baik pada mereka. Terus dan terus.
Wednesday, May 15, 2024
EMPAT TIPE IDEAL PERKAWINAN BEDA AGAMA (PBA); KAMU ADA DI MANA?
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2023 semakin menyulitkan mereka yang ingin PBA tanpa mengubah kolom agama di KTP. SEMA a quo secara spesifik melarang para hakim pengadilan negeri (PN) meluluskan permohonan PBA. Sebelumnya, PN masih menjadi jujugan terakhir pasangan PBA saat Dukcapil menolak mencatatkan.
Tuesday, April 30, 2024
MENULIS SEPERTI BERAK!
Aku lupa siapa yang mempopulerkan jargon di atas. Jika tidak salah, itu omongan Abdullah Idrus, salah satu penulis idola Pramoedya Ananta Toer.
Dengan mengambil tafsir agak longgar atas jargon tersebut, aku bayangkan betapa indahnya hidup seseorang seandainya ia bisa menulis rutin seperti halnya ia berak.
Jika semakin lama kita tidak bisa berak, kita pasti kuatir dan rela mengeluarkan berapapun untuk hal itu. Sebagai orang tua, aku pernah mengalami kekalutan saat Cecil-balita punya masalah rutinitas berak. Sedih, bingung, takut dan dunia terasa gelap.
Sayangnya, hal itu berbanding terbalik dengan rutinitas kita menulis. Sebagian besar dari kita tidak menganggap kebisaan dan kerutinan menulis sebagai hal yang urgen. Seurgen berak.
Saturday, April 27, 2024
FATIMAH DAN CHRISTIAN
Wednesday, April 3, 2024
PERTAMA KALI SEJAK GEREJA INI BERDIRI
Meski seringkali posting terkait gereja dan kekristenan selama Ramadlan namun baru tadi sore aku buka bersama di gereja. Acara ini murni inisiatif mereka. Inisiatif tersebut tidak pernah aku duga sebelumnya.
Saturday, March 30, 2024
ANJANI DI ANTARA PELANGI
***
"Halo mbak, dari pengajian waria al-Ikhlas Surabaya ya? Monggo mlebet," sapaku kepada rombongan yang baru datang. Tampilan mereka beragam. Ada yang menggunakan jubah maskulin. Beberapa mengenakan busana muslimah mirip sosialita. Jumlah mereka sekitar 8-9 orang.
Mereka diundang menghadiri acara buka bersama SNAW di Griya Rahmatan lil Alamin Prapen Pandaan, Jumat (29/3). Kehadiran mereka tampak cukup mencolok, membuat undangan lain, mau tidak mau, memperhatikan mereka.
"Mas Aan!"
Aku mendengar teriakan agak kenes. Rupanya dari Mbak Sofa Latjuba, salah satu pentolan pengajian yang hadir agak telat. Sampai saat ini aku tak ingat siapa nama aslinya. Sofa Latjuba adalah nama panggung dari aktifis transpuan senior berdarah Madura yang juga merupakan elit dari Persatuan Waria Kota Surabaya (Perwakos).
Aku langsung menghampirinya, menyalami dan tak lupa cipika-cipiki. Buru-buru aku mempersilahkan masuk lokasi acara sebab SNAW sudah tiba di lokasi.
Saat sesi dialog, Sofa tampil mengajukan pertanyaan ke SNAW. Dengan gaya kenesnya, ia menceritakan ada dua pengajian yang ada di lingkungan waria Surabaya; satu pengajian Islam dan satunya untuk Kristen, namanya PHDI jika tidak salah.
"Acara malam ini memang merepresentasikan Indonesia. Hampir semua komponen masyarakat hadir di sini," kata SNAW dalam ceramahnya.
Selain komunitas pengajian waria al-Ikhlas, acara yang dihadiri lebih dari 500 orang itu juga dihadiri oleh komunitas Narasi Toleransi, dipimpin oleh Mikha, aktifis transpuan yang sudah malang melintang di kawasan Kediri, Tulungagung dan Trenggalek.
Ia hadir bersama sekitar 8 orang anggota komunitasnya. Ada gay, transman, lesbian dan waria. Mereka datang dari Kediri, Blitar, Malang dan Surabaya.
Saat acara berlangsung, Narasi Toleransi ikut menyumbang musikalisasi puisi. Saking semangatnya mereka membawa sendiri satu gamelan untuk mengiringinya. Seluruh rangkaian acara dapat dinikmati melalui channel Youtube NU Pasuruan. https://www.youtube.com/live/CTJ_pZnJ5JM?feature=shared
Al-Ikhlas dan Narasi Toleransi tidaklah sendiri. Masih ada satu komunitas pelangi lain; Peduli Napas -- didirikan oleh, salah satunya, Gus Fikri, seorang transman asal Mojokerto.
Setelah acara, aku sempat ngobrol bersama Narasi Toleransi dan Peduli Napas. Obrolan juga diikuti oleh beberapa panitia dari Gusdurian Pasuruan serta Ketua Griya Rahmatan lil 'alamin, Fatur.
Obrolan tentu saja masih seputar gender, seksualitas dan agama. Topik ini terasa seperti anggur (wine), semakin tua semakin enak dinikmati.
"Gus, ada salah satu anak yang menyangka sampeyan itu waria lho," ujar salah satu orang. Tentu saja aku tertawa kecil sembari menambahkan hal itu bukanlah yang pertama.
"Terlalu sering aku disangka demikian. Aku juga pernah dituduh Tionghoa, Batak, dan Kristen karena sering bergaul dengan mereka. Aku menganggapnya sebagai bentuk apresiasi padaku. Terima kasih," ujarku
Sebagaimana ditegaskan Sofa Latjuba, Gus Dur dan Keluarga Ciganjur dikenal sebagai pembela militan kelompok minoritas gender dan seksual, khususnya waria. Ia berharap komitmen tersebut tetap dipegang selama-lamanya.
Terima kasih, Anjani!(*)
** Beberapa foto aku ambil dari wall mbak Laura Perez Maholtra
https://www.facebook.com/share/p/Sf9D5bffqT1Nfi6v/?mibextid=oFDknk
ANJANI DI ANTARA PELANGI
Perjalanan buka dan sahur keliling Ibu Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (SNAW) senantiasa menjadi magnet bagi kelompok marginal, tak terkecuali mereka yang memiliki identitas gender dan seksual non-mainstream -- biasa dikenal sebagai kelompok pelangi. Anjani adalah call sign SNAW di lingkungan Paspampres yang rutin mengawalnya.
***
"Halo mbak, dari pengajian waria al-Ikhlas Surabaya ya? Monggo mlebet," sapaku kepada rombongan yang baru datang. Tampilan mereka beragam. Ada yang menggunakan jubah maskulin. Beberapa mengenakan busana muslimah mirip sosialita. Jumlah mereka sekitar 8-9 orang.
Mereka diundang menghadiri acara buka bersama SNAW di Griya Rahmatan lil Alamin Prapen Pandaan, Jumat (29/3). Kehadiran mereka tampak cukup mencolok, membuat undangan lain, mau tidak mau, memperhatikan mereka.
"Mas Aan!"
Aku mendengar teriakan agak kenes. Rupanya dari Mbak Sofa Latjuba, salah satu pentolan pengajian yang hadir agak telat. Sampai saat ini aku tak ingat siapa nama aslinya. Sofa Latjuba adalah nama panggung dari aktifis transpuan senior berdarah Madura yang juga merupakan elit dari Persatuan Waria Kota Surabaya (Perwakos).
Aku langsung menghampirinya, menyalami dan tak lupa cipika-cipiki. Buru-buru aku mempersilahkan masuk lokasi acara sebab SNAW sudah tiba di lokasi.
Saat sesi dialog, Sofa tampil mengajukan pertanyaan ke SNAW. Dengan gaya kenesnya, ia menceritakan ada dua pengajian yang ada di lingkungan waria Surabaya; satu pengajian Islam dan satunya untuk Kristen, namanya PHDI jika tidak salah.
"Acara malam ini memang merepresentasikan Indonesia. Hampir semua komponen masyarakat hadir di sini," kata SNAW dalam ceramahnya.
Selain komunitas pengajian waria al-Ikhlas, acara yang dihadiri lebih dari 500 orang itu juga dihadiri oleh komunitas Narasi Toleransi, dipimpin oleh Mikha, aktifis transpuan yang sudah malang melintang di kawasan Kediri, Tulungagung dan Trenggalek.
Ia hadir bersama sekitar 8 orang anggota komunitasnya. Ada gay, transman, lesbian dan waria. Mereka datang dari Kediri, Blitar, Malang dan Surabaya.
Saat acara berlangsung, Narasi Toleransi ikut menyumbang musikalisasi puisi. Saking semangatnya mereka membawa sendiri satu gamelan untuk mengiringinya. Seluruh rangkaian acara dapat dinikmati melalui channel Youtube NU Pasuruan. https://www.youtube.com/live/CTJ_pZnJ5JM?feature=shared
Al-Ikhlas dan Narasi Toleransi tidaklah sendiri. Masih ada satu komunitas pelangi lain; Peduli Napas -- didirikan oleh, salah satunya, Gus Fikri, seorang transman asal Mojokerto.
Setelah acara, aku sempat ngobrol bersama Narasi Toleransi dan Peduli Napas. Obrolan juga diikuti oleh beberapa panitia dari Gusdurian Pasuruan serta Ketua Griya Rahmatan lil 'alamin, Fatur.
Obrolan tentu saja masih seputar gender, seksualitas dan agama. Topik ini terasa seperti anggur (wine), semakin tua semakin enak dinikmati.
"Gus, ada salah satu anak yang menyangka sampeyan itu waria lho," ujar salah satu orang. Tentu saja aku tertawa kecil sembari menambahkan hal itu bukanlah yang pertama.
"Terlalu sering aku disangka demikian. Aku juga pernah dituduh Tionghoa, Batak, dan Kristen karena sering bergaul dengan mereka. Aku menganggapnya sebagai bentuk apresiasi padaku. Terima kasih," ujarku
Sebagaimana ditegaskan Sofa Latjuba, Gus Dur dan Keluarga Ciganjur dikenal sebagai pembela militan kelompok minoritas gender dan seksual, khususnya waria. Ia berharap komitmen tersebut tetap dipegang selama-lamanya.
Terima kasih, Anjani!(*)
** Beberapa foto aku ambil dari wall mbak Laura Perez Maholtra
https://www.facebook.com/share/p/Sf9D5bffqT1Nfi6v/?mibextid=oFDknk
Tuesday, March 26, 2024
KURMA; BUAH SANG MESIAH?
Jika kalian, para pengikut Gusti Yesus, masih meneruskan tradisi war takjil, jangan lupa memasukkan kurma dalam daftar perburuan. Buah ini, dalam al-Quran, memiliki kaitan sangat erat dengan perjuangan hidup-mati Maryam saat melahirkan Isa/Yesus.
Sunday, March 10, 2024
Menganyam Kesucian Maryam
Dalam tradisi Islam, sosok Maryam (mamanya Yesus/Isa) sangatlah mentereng. Pangkatnya; perempuan terbaik sejagad raya (was thofaki ‘ala nisai al-‘alamin). Perempuan ini tetap dianggap suci sungguhpun ia --saat hamil Yesus/Isa-- dianggap tidak mengalami kelaziman proses sebagaimana manusia lainnya. Ia diyakini hamil tanpa intervensi lelaki, melainkan langsung "diintervensi" Tuhan. Uniknya, Al-Quran, pada kenyataannya, justru membuka peluang terbukanya tafsir terbalik; kehamilan Maryam dimungkinkan berjalan layaknya manusia biasa, dengan intervensi laki-laki yang tidak sembarangan.
Maryam 17
Ada satu ayat dalam al-Quran yang menarik untuk dieksplorasi menyangkut kehamilan Maryam. Ayat tersebut adalah QS. Maryam 17.
فَاتَّخَذَتۡ مِنۡ دُوۡنِهِمۡ حِجَابًا فَاَرۡسَلۡنَاۤ اِلَيۡهَا رُوۡحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا ١٧
"lalu dia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna."
Kenapa ayat ini menarik? Sebab, ayat ini barangkali menjadi jawaban atas mitos "kesucian" Maryam atas kelahiran Yesus/Isa dari rahimnya. Kesucian perempuan ini begitu kuat dipertahankan demi menjaga sebuah motivasi religius, salah satunya, untuk melindungi keistimewaan Yesus/Isa.
Doktrin kesucian Maryam selama ini dipahami dengan sederhana, yakni ia hamil tanpa "sentuhan seksual" lelaki. Dalam narasi klasik Kristen, Maryam dipersepsi tetap perawan meski ia sendiri diwartakan memiliki suami. Agak sulit diterima akal ada seorang suami tidak menggauli istrinya pada saat yang sama tidak ditemukan informasi akurat Yusuf( suami Maryam) seorang gay atau mengalami impotensi.
Mitos kesucian Maryam nampak semakin dipertegas dalam al-Quran. Kitab suci ini menggambarkan Maryam tidak memiliki pasangan --baik pacar maupun suami. Alih-alih sebagai perempuan binal penganut free sex, Al-quran justru dengan tegas mendeskripsikan Maryam sebagai perempuan sholihah. Pekerjaannya sehari-hari-hari adalah menyembah tuhannya. Siang dan malam. Tidak ada waktu untuk hal-hal yang bersifat rekreatif.
Lalu dari mana ia bisa mendapatkan kehamilan atas dirinya? Sim salabim; ia bisa hamil atas kehendak Tuhan. Kehendak tuhan terkadang bisa dinalar oleh logika dan akal sehat dan kadang juga tidak membutuhkan. Nampaknya, kehamilan Maryam selama ini dalam tradisi Islam dipahami dalam format kedua tadi. Kun fayakun --Jadilah, maka jadilah.
Saya termasuk orang Islam yang percaya al-Quran tidak mungkin bertabrakan dengan akal sehat, logika, maupun ilmu pengetahuan. Jika ada ayat yang memiliki nuansa melawan akal sehat, saya akan mencoba mencari celah jawaban agar ayat tersebut tidak bertabrakan dengan ilmu pengetahuan. Dalam pemahaman saya, sederhananya begini; secara teologis, Tuhan memiliki bahasaNya sendiri. Tidak ada satupun orang yang mengklaim tahu persisnya apa dan bagaimana bahasa tersebut. Namun, tatkala Tuhan memutuskan perlu "berbicara" kepada sebuah peradaban maka, secara logis, ia harus menggunakan bahasa yang bisa dipahami peradaban tersebut. Untuk apa Tuhan ngotot menggunakan bahasaNya jika pada akhirnya ia tahu kehendakNya tidak dapat dipahami peradaban tersebut? Tuhan tidaklah sebodoh itu.
Namun, bagaimana seandainya tidak berhasil merekonsiliasi ketegangan antara ayat dan logika, saya biasanya memilih "memarkir" ayat dan menggunakan ilmu pengetahuan (sains) sebagai pegangan sembari berharap mampu merekonsiliasi keduanya dalam titik tertentu.
Dalam konteks al-Quran yang berbicara atas kehamilan Maryam yang hidup sendiri (single), dan dipakai sandaran untuk sampai pada kesimpulan kehamilan Maryam adalah keajaiban atas kehendak tuhan tanpa melalui proses manusiawi bertemunya sperma dan sel telur, saya susah menerima kenyataan tersebut.
Peradaban ini telah memiliki hukum sendiri; kehamilan hanya terjadi manakala sperma bertemu sel telur. Jika Tuhan bersikukuh menabrak hukum tersebut, Dia bisa jadi akan dituduh tidak menghargai tatanan yang sedari awal telah ia izinkan berproses menjadikan ilmu pengetahuan sebagai instrumen pentingnya.
Celah Muasal Kehamilan Maryam
Ketika menelusuri proses kehadiran Yesus/Isa dalam QS. Maryam, saya menaruh sedikit kecurigaan terhadap ayat 17. Di sana terekam penggambaran kehadiran Roh Tuhan (Jibril) di depan Maryam, face to face, dalam kesempurnaan bentuknya (sawiyya) sebagaimana manusia pada umumnya. Dalam arti, Jibril menemui Maryam, yang pada waktu itu sendirian, tidak secara ghaib. Alih-alih, al-Quran, sekali lagi, menggambarkan Jibril hadir dalam rupa manusia. Sarjana Aisha Bewley bahkan menggunakan kata "handsome" saat menerjemahkan ayat 17 tersebut.
Jibril saat itu, menurut al-Quran, diutus Alloh menemui Maryam, untuk mengabari perempuan ini rencana Tuhan seputar kehamilannya. Menjadi layak diselidiki lebih jauh apakah perjumpaan ini berlangsung secara langsung ataukah melalui mimpi. Banyak para penafsir al-Quran mengindikasikan perjumpaan keduanya terjadi secara langsung, dalam posisi sadar. Namun demikian, ada satu penafsir al-Quran, Mawlana Muhammad Ali, mengatakan sebaliknya. Dalam "The Holy Quran with Commentary," Muhammad Ali meyakini keduanya bertemu dalam mimpi, "This shows that it was in a vision that the spirit came, and the conversation that follows also took place in a vision. The word tamaththala (“it appeared”) used here lends support to this, for the word signifies assuming the likeness of another thing, and this happens only in a vision. Further the spirit or angel of God appears to His chosen ones only in a vision, and angels are not seen by the physical eye."
Saya sendiri lebih memilih meyakini Maryam dan Jibril berjumpa secara langsung. Imam al-Mahalli dan al-Suyuti dalam Tafsir Jalalyn bahkan mendeskripsikan QS. Maryam 17 sebagai berikut;
فاِتَّخَذَتْ مِن دُونهمْ حِجابًا﴾ أرْسَلَتْ سِتْرًا تَسْتَتِر بِهِ لِتُفَلِّي رَأْسها أوْ ثِيابها أوْ تَغْتَسِل مِن حَيْضها ﴿فَأَرْسَلْنا إلَيْها رُوحنا﴾ جِبْرِيل ﴿فَتَمَثَّلَ لَها﴾ بَعْد لُبْسها ثِيابها ﴿بَشَرًا سَوِيًّا﴾ تامّ الخَلْق) (Demikianlah dia berhijab dari mereka, dia menyelubungi dirinya dengan kerudung untuk menyembunyikan dirinya saat dia mencuci rambutnya dari kutu atau mencuci pakaiannya atau membersihkan dirinya dari haid; kemudian Kami kirimkan kepadanya Ruh Kami Jibril dan dia tampak di hadapannya setelah dia mengenakan pakaiannya menyerupai manusia yang proporsional sempurna dalam bentuk fisik).
Tafsir Ibn Abbas malah menginformasikan kehadiran Jibril dalam bentuk manusia terjadi sesaat setelah Maryam mandi suci sebagai tanda telah selesainya siklus menstruasinya, “(Dan telah memilih pengasingan dari mereka) agar dia bersuci setelah selesai haidnya. (Kemudian Kami kirimkan kepadanya Ruh Kami) Utusan Kami Jibril setelah dia selesai menyucikan dirinya (dan dia dianggap seperti manusia sempurna)”
Jika boleh membayangkan, perjumpaan Jibril dan Maryam barangkali seperti scene pertemuan antara Kata dan Algren dalam film The Last Samurai. Saat itu Algren menemui Kata sesaat setelah perempuan ini selesai mandi dari pancuran. Keduanya memang pada akhirnya saling jatuh cinta.
Mungkin imajinasi ini terlalu vulgar untuk diposisikan menggambarkan relasi Jibril dan Maryam --dua entitas ciptaan yang berasal dari dua dimensi yang berbeda. Di sinilah krusialnya kata "sawiyya" yang disematkan Allah dalam al-Quran. Jibril saat bertemu Maryam tidak lagi sepenuhnya berupa malaikat namun ia telah bertransformasi menjadi manusia sepenuhnya --termasuk dengan segenap atribut seksualitas heteroseksualnya. Al-Quran sama sekali tidak menyebutkan secara literal apakah pada akhirnya Maryam dan Jibril --dua sosok suci tak tercela ini-- terlibat dalam adegan asmara.
Al-quran dalam hemat saya memang tidak perlu harus sedemonstratif itu untuk menggambarkan kehendak tuhan "berbahasa" yang dipahami ilmu pengetahuan dalam peradaban manusia. Tuhan telah saya anggap cukup jelas dengan maksudNya melalui simbol berupa kata "sawiyya," dalam QS.19:17 tadi.
Keder Karena Kader
Dengan kalimat yang lebih lugas, saya terprovokasi membayangkan bahwa kehamilan Maryam --dalam konteks al-Quran-- merupakan proses alamiah, hasil konsekuensi logis "hubungan," antara Maryam dan Jibril. Terus terang saja, saya tidak menemukan penafsir al-Quran yang berani memposisikan diri mendukung "kekurangajaran," cara pandang ini, sebelum akhirnya saya menemukan tulisan pendek Yulia Riswan, peneliti The Global Quran Universitas Freiburg Jerman, berjudul "Qur’an Translation Of The Week #186: Dutch Qur’an Translation: A Literary Adaptation Of The Qur’an By A Migrant Intellectual, Kader Abdolah,"
Yulia dalam tulisan tersebut mengabarkan pandangan Kader Abdolah, imigran Iran yang kini menetap di Belanda dan menghasilkan menerbitkan terjemahan al-Quran versinya sendiri, terhadap relasi Maryam dan Jibril. Abdollah tanpa malu-malu melukiskan perjumpaan keduanya dalam nuansa tafsir yang, menurut Yulia cukup dipengaruhi oleh corak Persia, terasa lebih vulgar dan lebih manusiawi.
"Maria stond naakt in de rivier. Opeens verscheen er een knappe man. Maria schrok en rende naar de struiken om zich te verstoppen. Wees niet bang, Maria, riep de man, ik ben de engel Ghabriel. Ik kom om je een kind te geven. De engel wist Maria over te halen, verleidde haar achter de dadelbomen en maakte haar zwanger." (Maria berdiri telanjang di sungai. Tiba-tiba seorang lelaki tampan muncul. Maria ketakutan dan berlari ke semak-semak untuk bersembunyi. Jangan takut, Maryam, lelaki itu berseru, akulah malaikat Ghabriel. Aku datang untuk memberimu seorang anak. Malaikat itu membujuk Maria, merayunya di balik pohon kurma dan menghamilinya.)
Belum pernah saya temukan tafsir atas diri Maryam terkait kehamilannya seperti ini. Jika Kader Abdolah hidup di Indonesia sangat mungkin karya kontroversinya akan memantik kemarahan publik secara luas. Bahkan, ia bisa dipenjarakan atas gagasannya ini. Namun seandainya kita mengamini tafsiran Kader Abdollah maka dengan demikian proses kehamilan Maryam atas bayi Yesus/Isa menjadi "selaras" dengan akal sehat dan kinerja ilmu pengetahuan seputar reproduksi manusia. Tidak ada lagi "kuasa misteri," dalam diri Maryam atas kelahiran Yesus/Isa. Dengan demikian, kelahiran sang juruselamat ini sepenuhnya melalui kelaziman proses reproduksi manusia pada umumnya.
Lantas, akankah "kesucian," Maryam menjadi hilang, tergerogoti atas keterusterangan al-Quran melalui tafsir Kader Abdollah? Ini merupakan tantangan bagi kita semuanya. Sebab, selama ini doktrin menyangkut kesucian Maryam --yang bertumpu pada keperawanan-- bisa jadi merupakan konstruksi cara pandang klasik yang bias-patriarkhi. Bias ini mengguratkan garis sangat tegas untuk mengkategorisasi perempuan baik-baik dan suci dalam indikator yang sangat purbawi, yakni mampu menjaga keperawanannya atau tidak. Standar kebaikan moral perempuan yang selama ini acapkali diteropong dengan ukuran keperawanan telah lama dipertanyakan relevansinya. Para pendukung kesucian Maryam dalam skema klasik ini tak pelak akan menolak mentah-mentah tafsir Abdollah dan segenap upaya menjelaskan kehamilan Maryam secara lebih manusia --yang itu akan berakibat pada keniscayaan atas ketidakperawanan Maryam.
Tafsir Abdollah dengan demikian bisa jadi menawarkan alternatif cara pandang baru atas "kesucian" -- yakni, Yesus/Isa lahir dari dua manusia yang suci. Kesucian Maryam terletak pada ketaatannya mengabdi pada Tuhan. Sedangkan Jibril, ayah Yesus/Isa, merupakan duta besar resmi yang suci (“ruhana” --roh kudus Allah) yang menjelma sebagai manusia atas izin dari Tuhan. Meskipun begitu, kesucian ini senyatanya dapat dikritisi lebih jauh dalam perspektif ikatan perkawinan. Bisa jadi kekudusan dua insan ini ternyata belum dianggap suci mengingat relasi seksual mereka berdua tidak diikatkan pada institusi perkawinan pada saat itu. Keduanya bisa dituduh melakukan perzinahan non-perselingkuhan (adultery) --- Maryam dan Jibril tidak sedang terikat perkawinan dengan pihak lain pada saat peristiwa itu terjadi.
Mengunci Kesucian
Doktrin kesucian yang mengelilingi kehamilan Maryam atas diri Yesus/Isa selama ini lebih bertumpu pada aspek keperawanannya. Penjagaan atas doktrin ini sangat mungkin dipengaruhi oleh obsesi patriarki atas idealitas sosok perempuan. Perspektif ini, jujur saja, tak lagi relevan dipertahankan karena terlalu sederhana mengukur moralitas perempuan dari aspek tertentu ketubuhannya. Selain itu, yang juga tidak kalah pentingnya, memposisikan Maryam tetap perawan padahal ia senyatanya mengandung bayi sungguh bertentangan dengan akal sehat dan ilmu pengetahuan yang berlaku universal. Al-Quran membuka peluang terjadinya rekonsiliasi antara dogma kesucian yang ada dalam teks dan ilmu pengetahuan seputar kehamilan Maryam atas diri Yesus/Isa. Dengan demikian, doktrin kesucian dan kekudusan Maryam sesungguhnya terletak pada sosok lelaki yang "bersama" Maryam saat itu, yaitu Jibril, utusan suci Tuhan yang disebut dalam QS.19:17 sebagai ruhuna (God's soul). Entah tafsir kesucian mana yang benar atas misteri kehamilan Maryam. Wallohu a'lam.()
-----
Daftar bacaan
Abdalhaqq, M., & Bewley, A. (1999). The Noble Qur’an: A New Rendering of its Meaning in English. Dubai: Bookwork.
Abdolah, K. (2008). De Koran. Een Vertaling.
Ali, M. M. (2002). The Holy Qur’ån. English Translation. https://www.ahmadiyya.org/english-quran/a-prelim.pdf
Hamza, F. (2007). Tafsir al-Jalalayn. Royal Aal Al-Bayt Institute for Islamic Thought Amman. Jordan.
Stowasser, B. F. (n.d.). Mary. In Encyclopaedia of the Qurʾān. Brill. Retrieved March 11, 2024, from https://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-of-the-quran/mary-EQCOM_00113?s.num=0&s.f.s2_parent=s.f.book.encyclopaedia-of-the-quran&s.au=%22Stowasser%2C+Barbara+Freyer%22&s.q=mary
Yulia Riswan. (2024, February 23). Qur’an translation of the week #186: Dutch Qur’an Translation: A Literary Adaptation of the Qur’an by a Migrant Intellectual, Kader Abdolah - GloQur- The Global Qur’an. https://gloqur.de/quran-translation-of-the-week-186-dutch-quran-translation-a-literary-adaptation-of-the-quran-by-a-migrant-intellectual-kader-abdolah/
تفسير الجلالين | 19:17 | الباحث القرآني. (n.d.). Retrieved March 4, 2024, from https://tafsir.app/jalalayn/19/17
موقع التفير الكبير. (n.d.). Altafsir.Com. Retrieved March 4, 2024, from https://Altafsir.com
Featured Post
JIWA YANG TERGODA HIKAYAT KADIROEN
Aku geregetan dengan Semaoen, ketua PKI pertama yang lahir di Curahmalang Sumobito Jombang tahun 1899 ini. Bukan karena ideologi dan ketokoh...
-
Dalam tradisi Islam, sosok Maryam (mamanya Yesus/Isa) sangatlah mentereng. Pangkatnya; perempuan terbaik sejagad raya ( was thofaki ‘ala nis...
-
Buya Syukur telah gugur di medan laga bangsa yang tidak baik-baik saja. Serangan intoleransi atas nama kemegahan agama seperti tak pernah su...
-
Seperti yang pernah aku tulis sebelumnya di Facebook, mengisi acara seminar di sekolah menengah pertama (SMP) merupakan pengalaman pertamaku...