Hari ini, aku melayani dua sesi konsultasi perkawinan beda agama. Siang dan petang. Layanan ini merupakan bagian tugas dari organisasi yang aku dirikan bersama adikku, Lail Nur Anisah, yakni KIMCo --Kauman Interreligious Marriage Consultation.
Lail bertugas menjadi gate-keeper bagi siapa saja yang ingin berkonsultasi online melalui platform video online seeprti Zoom/Google Meet/Jitsi. Ia pula yang mengatur pertemuan antara aku dan klien. Aku bersyukur ia masih bersedia melakukan kerja-kerja sosial ditengah kesibukannya menjadi dosen di Jogja.
Klien pertama, muslimah. Sebut saja Atika. Sempat aku googling namanya. Lumayan femes. Dia merasa berjodoh dengan lelaki Tionghoa, Protestan. Aku cek ministrynya. Sangat mungkin belum support PBA. Atika konsultasi sendirian, disusul dengan mamanya.
Aku mendengar dengan seksama apa yang menjadi kehendak Atika. Setelahnya, aku memberikan saran-saran yang bisa ia pertimbangkan agar mimpinya menjadi kenyataan.
"Ijab kabul aja dulu, seperti yang pernah dilakukan oleh stafsusnya Jokowi," kataku. Ia rupanya tahu model ijab kabul yang sempat membuat heboh jagad maya kala itu.
"Saya makin optimis, ustadz," ujarnya. Aku senang sekali.
Sejam lalu, aku bertemu klien kedua. Sebut saja Agnes dan Mudzakkir. Dari namanya, kita sudah bisa menebak: Katolik dan Islam. Mereka berdua datang di meeting online. Kebetulan sekali aku pernah mengunjungi parokinya Agnes.
Mereka berdua sudah pacaran 7,5 tahun. Cukup lama. Mungkin keduanya sudah cukup kenyang pacaran beda agama.
"Sepertinya, restu Tuhan datang malam inu dalam bentuk diriku," ujarku sembari tertawa. Tuhan, tambahku, merestui kalian dengan caraNya yang unik, yakni memberi kalian berbagai syarat/ujian terlebih dahulu. Jika lolos, berarti kalian memang layak atas restuNya.
Problem keduanya, sekilas, terletak pada bagaimana mencatatkan perkawinan mereka di Kantor Catatan Sipil. Dua kota dimana mereka berdua tinggal, setahuku, belum bisa mencatatkan. Sedangkan pintu pengadilan negeri di dua kota mereka juga terkunci rapat oleh SEMA 2/2023.
"Tenang saja. Masih ada tiga kabupaten/kota yang nampaknya masih membuka pintu kantor catatan sipilnya. Kalian bisa memilih salah satunya," ujarku.
Hingga saat ini Negara memang abai terkait pemenuhan hak PBA. Sangat dipersulit. Aku tidak yakin ketiga pasangan capres-cawapres akan sanggup berpihak pada PBA seandainya diangkat menjadi salah satu topik debat publik.
Aku terus menyemangati Agnes dan Mudzakir supaya tidak kendor atas mimpi ideal perkawinan mereka. Bagiku, somehow, keduanya dan Atika merupakan para kekasih Tuhan yang mungkin sedang berproses naik level lebih tinggi ketimbang mereka yang kawin seagama. Kawin beda agama jauh lebih sulit prosesnya ketimbang kawin seagama.
Semoga Alloh SWT. senantiasa membimbing ketiganya. Aku percaya, yang dipersatukan Tuhan akan diberiNya jalan keluar.
God, give me coffee to change things we can. Give me wine to those we can't.(*)
https://www.facebook.com/1561443699/posts/pfbid0TyHUDosA6tmGBM1WXy1jhG3AAJTB4c5w2ysJG9N9cPZBxBKLiaFGgQdYceb1dergl/
No comments:
Post a Comment