Pages

Wednesday, June 5, 2024

KETIKA AIR SUSU TERUS DIBALAS AIR TUBA

Bagaimana idealitas sikap kita manakala kebaikan kita terus dibalas dengan air tuba? Menyingkir dan berhenti berlaku baik pada mereka adalah langkah rasional.

Hanya saja, Nabi Muhammad kabarnya pernah memiliki pandangan lain atas hal tersebut. Kita orang Islam diminta terus berbuat baik pada mereka. Terus dan terus. 

Sudah lama aku mengkampanyekan, terutama di kalangan pengikut Kristus, agar tetap dan terus berbuat baik pada siapa saja yang bertindak intoleran. "Semakin disikat semakin merambat" ujarku.


Bayangkan, ada seorang Kristen, tiap natal memberi makanan kepada tetangga-muslimnya. Ia tahu makanan tersebut justru dibuang di tempat sampah. Ia tidak patah semangat. Natal berikutnya, ia mengirimi makanan lagi, berharap si tetangga akan sedikit lumer hatinya. 


Ternyata, makanan tersebut dibuang di tempat sampah yang sama. Si Kristen terus memberi makanan tiap natal. begitu pula tetangganya, terus membuangnya. Hal seperti ini berlangsung hingga 7 kali Natal. Itu berarti 7 tahun berjalan. Si Kristen menyerah. Capek, merasa kebaikannya sia-sia. 


"I've done enough, Lord," batinnya.


Natal tahun kedelapan ia memutuskan berhenti memberi makanan, seiring dengan mengerasnya pandangannya terhadap tetangga tersebut. 


Kisah serupa, dengan ending yang jauh lebih dramatis, pernah aku dengar dari Denzel Washington saat berbicara dengan Marton Csokas dalam The Equalizer.


Dikisahkan, seorang ilmuwan terkenal dari Moskow memutuskan mengadopsi anak laki-laki meski ia sendiri telah memiliki 5 orang anak. Motifnya, berbuat baik. Si anak rupanya tergolong bandel dan gemar melakukan kekerasan. Setiap kali ia berbuat kejelakan, si profesor tetap menyayanginya. Tak pernah ia berhenti berbuat baik padanya tidak peduli berapa ratus kali sang anak-adopsi berbuat jahat. Si anak tak pernah merasakan begitu dicintai seperti ini selama hidupnya.


Suatu ketika sang ilmuwan bersama istri ditemukan mati tergelat di ranjang. Beberapa barang milik mereka lenyap. Sang anak dititipkan ke sanak saudaranya. Polisi sendiri kesulitan menemukan siapa pelakunya hingga saat ini.


"Menurutku pembunuhnya adalah si anak tersebut. Ia begitu kuatir akan datang suatu masa di mana kedua orang tua angkatnya berhenti mencintainya. Ia tidak berani menerima imajinasi ketakutan itu akan berubah menjadi kenyataan. Itu sebabnya, ia membunuh keduanya," ujar Denzel.


Berbuat baik itu mudah. Namun berbuat baik secara kontinyu terhadap orang terdekat kita yang terus menerus membalas sebaliknya sungguh bukan pekerjaan yang mudah, apalagi jika nyawa taruhannya. 


Dalam hadits nomor 6525/2558 di Sahih Muslim, sebagaimana diceritakan Abu Hurairah, menceritaka ada seorang laki-laki curhat ke Rasululloh. Ia memiliki sanak saudara dan terus berusaha menjaga hubungan baik. 


Sayangnya mereka berupaya memutuskan hubungan baik tersebut. Namun ia mencoba bersabar dan terus berusaha baik terhadap mereka. Alih-alih menyambut baik, mereka justru mengejeknya. Sangat mungkin lelaki ini berbeda status sosial dan ekonomi dengan mereka. 


"Jika benar yang terjadi demikian, kamu seperti meletakkan abu panas ke mulut mereka. Alloh akan terus membantu dan mendukungmu sepanjang kamu tetap tetap berlaku demikian," ujar Rasululloh. 


Semoga si lelaki itu tidak menyerah seperti halnya si Kristen. Semoga ia tidak bernasib serupa dengan sang ilmuan dalam The Equalizer.(*)

No comments:

Post a Comment