Pages

Tuesday, February 11, 2025

Cinta Dua Dunia


Bagiku Meet Joe Black adalah salah satu film paling romantis. Tak bosan aku menontonnya. Entah sudah berapa kali.

Kisah percintaan Susan san Joe terbilang unik; relasi antara yang-profan dan yang-ilahiah. Susan manusia, sedangkan Joe adalah malaikat yang ditugasi mencabut nyawa Bill Parrish -- ayah Susan.


Untuk bisa masuk dalam dunia manusia, Joe, si malaikat "meminjam tubuh" manusia yang sudah mati, diperankan Brad Pitt yang masih sangat unyu. Peminjaman ini merupakan hal tak terelakkan. Jika tidak, bagaimana mungkin yang tak kasat mata bisa direngkuh oleh yang kasat mata? Dalan teologi, mungkin ini disebut inkarnasi.

Inkarnasi biasanya dekat dengan kekristenan. Namun sebenarnya, konsep ini merupakan hal yang sangat lumrah dan setiap hari terjadi dalam kehidupan kita, terutama untuk mengkonkritkan apa yang masih abstrak.

Cinta, kangen, setia merupakan hal abstrak yang ada dalam diri kita. Kesemuanya berkaitan dengan orang lain yang membutuhkan pembuktian, butuh "tubuh" -- seperti halnya Joe.

"Kamu sayang, kangen dan cinta padaku? Buktikan!"

Ketika seseorang mengucapkan kalimat ini pada kekasihnya, ia sebenarnya meminta bentuk konkrit dari ketiganya yang masih abstrak dan nggak jelas.

Manusia telah diciptakan sedemikian rupa, termasuk hanya bisa memahami apa yang dianggapnya sejalan dengan pikiran umum dan masuk akal. Dalam perkembangannya pikiran umum dan masuk akal ini (seharusnya) dinavigasi ilmu pengetahuan.

Jadi, kalau ada perempuan hamil, padahal ia tidak punya suami atau pacar, dan mengaku kehamilan tersebut akibat bersetubuh dengan gendruwo atau malaikat, maka hal tersebut sulit diterima akal publik, --sama sulitnya menerima pengakuan kehamilan tanpa campur tangan laki-laki.

Publik dan akal sehat akan bisa menerima manakala gendruwo atau malaikat tadi terlebih dahulu "meminjam" tubuh manusia, dan melakukan tindakan-tindakan manusiawiah.

Di titik ini, tidak mengherankan manakala narasi al-Quran seputar kehamilan Maryam begitu kuat menyebut kehadiran Jibril (roh kudus) dalam bentuk manusia yang sempurna -- mirip cerita Joe Black. Maryam tetap kudus, bukan karena ia hamil tanpa intervensi manusia. Melainkan, kekudusan tersebut bisa jadi disebabkan ia mengandung benih suci dari Tuhan "melalui" perantar Jibril yang sebelumnya menjelma dalam tubuh manusia.

Cara berpikir seperti ini ditawarkan Abdul Kadeer saat memahami teks Alquran seputar kehamilan Maryam. Kadeer nampaknya begitu kuat mewarisi tradisi Maturidi; akal sehat (rasio) adalah satu-satunya piranti dalam memahami teks suci. Tidak ada piranti lain.


Demikian juga halnya dengan Tuhan; ia adalah konsep yang super duper abstrak dan mustahil bisa dikenal, apalagi disayang dan disembah, oleh manusia. Agar Tuhan bisa mendarat mulus dalam akal manusia maka proyek awal dan krusial banyak agama adalah perlombaan "meminjami" Tuhan berbagai atribut manusiawiah, agar ia bisa dikenal, ditakuti dan disayang --bahkan dijadikan alat kooptasi manusia atas-- manusia.

Namun demikian, harap dicatat; sekuat dan segamblang apapun manusia menginkarnasikan Tuhan dalam wujud apapun, kita tetap perlu menyadari bahwa Tuhan memiliki bentuknya sendiri, yang hanya dia yang tahu. Inilah aspek misteriusitasnya.

Tanpa misteriusitas, perlombaan dalam mendefinisikan Tuhan akan berakhir. Tak jarang kita terobsesi memutlakkan apa yang sebenarnya berstatus misterius. Pemutlakan ini, padahal, kerapkali berujung pada ketidaktoleranan kita atas tafsir lain yang berbeda dengan kita.

Joe dan Susan, di akhir cerita, menjalani takdir hidup bersama, setelah Joe "mengantarkan" ayah Susah bertemu Tuhan. Joe kembali menjadi Joe karena malaikat pencabut nyawa tidak lagi membutuhkan tubuhnya.

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Kejujuran, Ketertindasan dan Penghiburan dalam QS. Al-Kautsar

"(1) Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. (2) Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebaga...